Dosen dan mahasiswa Indonesia perlu mencuri teknologi asing

Tidak diragukan lagi bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu faktor pendukung kesejahteraan rakyat. Ambil contoh Thailand dengan durian monthongnya. Dengan sedikit polesan rekayasa pemuliaan tanaman (genetic engineering), Thailand dapat menghasilkan  buah durian yang berukuran besar dan berdaging tebal. Di Indonesia, durian ini masuk kelas premium yang harganya beberapa kali lipat durian lokal.

Berbeda dengan Thailand yang cukup berhasil, Indonesia perlu mengejar ketertinggalan teknologi pangan dan teknologi lainnya. Banyak sekali bidangyang belum ada ahlinya di Indonesia. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikit dan tidak mencukupi besar dan tersebarnya penduduk Indonesia.

Contoh bidang yang belum banyak ahlinya di Indonesia adalah teknologi mesin mobil (engine block). Beberapa tahun terakhir, sebagian perguruan tinggi rajin mengikuti perlombaan Shell Eco-marathon dengan membawa rancangan mobil masing-masing. Selain itu, ada beberapa rancangan mobil listrik yang dimotori oleh Menteri BUMN. Kita juga tentu pernah mendengar tentang beberapa rancangan mobil lain yang digadang-gadang sebagai mobil nasional. Namun, rasanya belum pernah kita dengar mobil-mobil tersebut menggunakan blok mesin asli rancangan dan buatan orang Indonesia.

Ketertinggalan penguasaan dan penerapan teknologi ini sebenarnya sudah disadari sejak dulu oleh pemerintah dan bangsa Indonesia. Misalnya, pemerintah orde baru melalui Pak Habibie yang mengembangkan industri strategis nasional seperti PT DI, PT INKA, PT PINDAD, dan PT PAL yang masing-masing bergerak di bidang penerbangan, kereta api, persenjataan, dan perkapalan. Kita bersyukur industri-industri strategis nasional ini, yang dulu pernah hancur, sekarang sedang bangkit kembali.

Kita lihat pula ada upaya gerakan masuknya industri dan pabrik asing yang menjanjikan alihteknologi. Sayang sekali, janji alihteknologi pabrikan asing tidak diikuti dengan buah manis sampai sekarang. Banyak sekali pabrikan mobil asing yang beroperasi di Indonesia, tetapi masalah teknologi mesin mobil seperti yang diuraikan di atas belum terpecahkan.

Lalu, apakah kita, para peneliti, dosen, dan mahasiswa Indonesia hanya bisa berpangku tangan meratapi alih teknologi yang tak kunjung datang? Peneliti, dosen dan mahasiswa Indonesia sebenarnya bisa berperan sangat strategis dalam percepatan alihteknologi. Peneliti adalah suatu bagian masyarakat yang paling mampu dan siap melakukan alihteknologi daripada kelompok masyarakat lainnya. Peneliti memiliki bekal lebih berupa dasar-dasar pengetahuan yang dapat membantu proses ini.

Sebagai langkah awal, peneliti Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masing-masing. Kita tidak perlu berbicara dulu tentang bagaimana memperbaiki teknologi yang sudah ada.Peneliti Indonesia saat ini cukup meniru teknologi yang sudah ada.

Langkah yang paling konkret adalah mempraktikkan ulang teknologi asing yang terbuka lebar di jurnal-jurnal ilmiah internasional. Jurnal ilmiah merupakan sumber penerapan ilmu dan teknologi yang sangat berharga. Para peneliti di seluruh dunia menuangkan ide dan pemikiran untuk memecahkan berbagai macam masalah secara jujur, jelas dan sistematis dalam jurnal-jurnal ilmiah.

Tentu saja, mempraktikkan ulang sebuah jurnal ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah. Besar kemungkinan, perlu waktu bulanan bahkan tahunan untuk mereplikasi karya teknologi orang lain. Meski demikian, langkah ini dapat memberitahukan letak kekurangan pengetahuan kita dibanding peneliti dunia lainnya. Hal ini dapat memaksa kita untuk belajar dan mencoba untuk menguasai berbagai kekurangan tersebut.

Peniruan teknologi diharapkan dapat menjadi langkah awal yang dapat meningkatkan kemampuan para peneliti Indonesia. Nanti pada saatnya kemampuan teknologi sudah cukup, kita bisa mengembangkan teknologi sendiri dan mendayagunakannya untuk kepentingan masyarakat Indonesia dan bahkan dunia.

Peneliti Indonesia melalui BPPT sedang mengembangkan mesin RUSNAS 640cc http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING_PHP/PROSIDING2013/3_TT/KP-2013-0298.pdf

Biodata penulis:

Komarudin, staf pengajar di Departemen Teknik Industri, Universitas Indonesia. Saat ini sedang menempuh program S3 di Vrije Universiteit Brussel. Bidang yang diminati berkisar seputar penyelesaian masalah-masalah optimasi dalam teknik industri, seperti penjadwalan produksi, rute kendaraan, penjadwalan pegawai, dan tata letak pabrik.

Similar Posts

2 Comments

  1. Sy berfikir, negara ini emang pernah diarahkan agar menjadi negara maju, dengan Produk2 nya (teknologi) sendiri???
    Yg sy amati, TDK PERNAH.

Tinggalkan Balasan ke UTM Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *