Jangan Jadi Puasa Yang Biasa Saja, Tapi Jadilah Puasa Yang Super Istimewa

Ibnu Qudamah rahimahullah dalam ringkasan kitab Ibnul Jauzi rahimahullah yang dinamakan Mukhtashar Minhajil Qashidin, pada hal. 44 menjelaskan tentang tingkatan orang yang berpuasa. Beliau mengatakan:

وللصوم ثلاث مراتب: صوم العموم ، وصوم الخصوص ، وصوم خصوص الخصوص

Puasa memiliki tiga tingkatan: puasa orang awam (biasa), puasa khusus (istimewa), dan puasa sangat khusus (super istimewa)

Beliau pun menjelaskan satu persatu macam-macam puasa tersebut,

1. Puasa orang biasa

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

فأما صوم العموم: فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة

“Adapun puasa awam (biasa) adalah sekedar menahan perut dan kemaluan dari menuruti selera syahwat (menahan diri dari melakukan berbagai pembatal puasa, seperti makan, minum, dan hubungan intim)”.

Maka puasa biasa adalah sekedar menahan diri dari pembatal puasa.

2. Puasa istimewa

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

وأما صوم الخصوص: فهو كف النظر ، واللسان ، والرجل ، والسمع ، والبصر، وسائر الجوارح عن الآثام

“Dan puasa khusus (istimewa) adalah dengan menahan pandangan, lisan, kaki, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota tubuh dari dosa-dosa”.

Maka puasa istimewa adalah menahan diri dari pembatal puasa dan juga menahan diri dari semua yang bisa mengurangi pahala puasa.

3. Puasa super istimewa

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

وأما صوم خصوص الخصوص: فهو صوم القلب عن الهمم الدنية ، والأفكار المبعدة عن الله ـ سبحانه وتعالى ـ ، وكفه عما سوى الله ـ سبحانه وتعالى ـ بالكلية

“Adapun puasa sangat khusus (super istimewa) adalah puasanya hati dari perkara-perkara rendahan dan pikiran yang menjauhkan hatinya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Serta menahan hati dari berpaling kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala secara totalitas”.

Maka puasa super istimewa adalah menahan diri dari pembatal puasa dan yang mengurangi pahala puasa, serta mencurahkan segenap waktu, harta, pikiran dan tenaga di bulan Ramadhan untuk beribadah dan mencari bekal akhirat. Kepentingan dunia tidak membuat ia berpaling dari fokus tersebut.

Wallahu a’lam.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *