Mengenal Starlink, Kelebihannya dan Kekurangannya

Starlink adalah proyek ambisius yang diinisiasi oleh SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah ke seluruh dunia melalui jaringan satelit yang mengorbit bumi pada ketinggian rendah. Diluncurkan pertama kali pada 2019, Starlink kini telah memiliki ribuan satelit yang beroperasi di orbit rendah bumi (Low Earth Orbit, LEO) dan terus menambah jumlah satelit setiap tahunnya.
Kelebihan Starlink
- Akses Global
Salah satu keunggulan utama Starlink adalah kemampuannya untuk menyediakan akses internet di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau oleh infrastruktur internet tradisional. Satelit-satelit Starlink mengorbit bumi pada ketinggian sekitar 550 km, memungkinkan jangkauan internet yang luas dan mengurangi kesenjangan digital di berbagai belahan dunia.
- Kecepatan Tinggi
Starlink menawarkan kecepatan internet yang tinggi dibandingkan dengan layanan internet satelit konvensional. Pengguna Starlink dapat menikmati kecepatan unduhan antara 50 Mbps hingga 150 Mbps, dengan beberapa pengguna melaporkan kecepatan yang lebih tinggi dalam kondisi optimal. Ini menjadikan Starlink pilihan yang menarik bagi pengguna di daerah pedesaan yang biasanya hanya memiliki akses ke internet berkecepatan rendah.
- Latensi Rendah
Karena satelit Starlink berada di orbit rendah bumi, latensi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan layanan satelit tradisional yang menggunakan satelit geostasioner di ketinggian sekitar 35.000 km. Latensi Starlink berkisar antara 20 ms hingga 40 ms, yang cukup rendah untuk memungkinkan penggunaan aplikasi real-time seperti panggilan video, gaming online, dan lainnya. Namun demikian latensi Starlink masih jauh lebih tinggi daripada internet menggunakan fiber optic dengan latensi sekitar 5 ms.
- Kemandirian Infrastruktur
Starlink dapat dioperasikan tanpa bergantung pada infrastruktur darat yang ekstensif. Hal ini sangat bermanfaat di daerah yang sering mengalami bencana alam atau memiliki infrastruktur yang rentan. Dalam situasi darurat, Starlink bisa menjadi solusi cepat untuk memulihkan konektivitas internet.
Kekurangan Starlink
- Biaya Tinggi
Meskipun menawarkan banyak keuntungan, biaya untuk menggunakan Starlink masih relatif tinggi. Biaya perangkat keras awal, yang mencakup parabola dan router, mencapai sekitar $499, sementara biaya bulanan layanan adalah sekitar $99. Hal ini bisa menjadi beban finansial bagi pengguna di negara berkembang atau bagi individu dengan anggaran terbatas.
- Ketergantungan pada Pandangan Langit Terbuka
Koneksi Starlink membutuhkan pandangan langsung ke langit untuk bekerja dengan baik. Hal ini berarti bahwa pengguna di daerah dengan banyak penghalang seperti gedung-gedung tinggi, pepohonan, atau medan berbukit mungkin mengalami masalah konektivitas. Pemasangan parabola juga harus dilakukan di lokasi yang bebas dari hambatan untuk memastikan kinerja optimal.
- Kurang cocok untuk daerah perkotaan
Starlink ideal untuk daerah terpencil yang kurang terjangkau internet. Namun kurang sesuai untuk daerah perkotaan yang padat. Interferensi sinyal dan banyaknya penghalang fisik dapat mengurangi efektivitas layanan ini. Biaya langganannya pun lebih mahal dari layanan ISP di perkotaan.
- Menimbulkan Sampah Antariksa
Penambahan satelit di orbit rendah bumi meningkatkan risiko benturan dan menciptakan lebih banyak sampah antariksa. Meskipun SpaceX telah merancang satelit Starlink untuk deorbit setelah masa operasionalnya berakhir, jumlah satelit yang terus bertambah tetap menjadi perhatian. Sampah antariksa bisa menimbulkan ancaman serius bagi satelit aktif dan misi luar angkasa di masa depan.
- Ancaman privasi data
Internet melalui Starlink dapat membuat pemerintah Indonesia tidak memiliki kontrol terhadap pertukaran data yang terjadi di layanan tersebut. Sebab, layanan internet Starlink tidak melalui infrastruktur dalam negeri milik ISP/operator seluler lokal. Kekosongan kontrol pada Starlink ini dinilai dapat mengancam pertahanan dan keamanan di Indonesia.
Jadi, apakah anda tertarik menggunakan Starlink?
Software Engineer di Rendact.com, alumni S1 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada. Alumni dan pengajar Ma’had Al Ilmi Yogyakarta.