Pendidikan Utama untuk Anak

Pentingnya Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah kebutuhan dan tuntutan bagi setiap orang. Dengan pendidikan, setiap orang mendapatkan ilmu pengetahuan untuk mengarungi bahtera kehidupannya. Dengan pendidikan, kita bisa mengetahui yang sebelumnya tidak kita ketahui menjadi diketahui dan membuka cakrawala berpikir dan bersikap kita dalam kehidupan ini.

Pentingnya pendidikan bisa dilihat secara nyata dari fenomena bahwa banyak orang tua berlomba-lomba memasukkan buah hatinya ke sekolah favorit atau sekolah mahal yang lengkap dengan segala fasilitasnya atau sekolah yang memiliki kelebihan atau kekhususan. Kita bisa lihat juga terjadi persaingan mengenai anak mana yang lebih “cerdas”, anak mana yang lebih cepat menguasai calistung, anak mana yang bisa lebih dahulu menguasai teknologi seperti handphone (HP) dan laptop.

Banyak orang tua bahkan bersedia memasukkan buah hatinya ke sekolah yang jauh dari rumahnya yang membutuhkan jarak tempuh lebih dari 1 (satu) jam perjalanan atau yang melebihi 10 km jarak dari sekolah ke rumah. Tidak jarang ada pula bimbingan belajar khusus yang ditujukan untuk anak-anak masuk ke TK tertentu atau masuk ke SD tertentu. Beberapa fenomena ini menunjukkan para orang tua yang tidak memahami masa tumbuh kembang anak serta fenomena lembaga pendidikan yang tidak memahami pendidikan.

Adakah keuntungannya?

Alih-alih keuntungan, bisa jadi lebih banyak kerugiannya. Salah satu efek negatif dari anak usia dini yang sudah dikenalkan teknologi HP, gawai, laptop, dan semacamnya, adalah hilangnya kreativitas dan perkembangan sosial serta bahasanya. Hal ini dikarenakan penggunaan teknologi tersebut membuat waktu bersosialisasi dengan teman seusia mereka akan hilang.

Terkait masalah calistung yang sudah diberikan di usia dini, Professor Lilian Katz, seorang profesor di bidang pendidikan di Universitas Illinois di Amerika Serikat mengatakan, “Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika anak-anak memulai formal teaching of reading di usia sangat dini, mereka mendapatkan hasil tes yang baik pada saat itu. Tetapi, jika Anda mengikuti perkembangan mereka hingga usia 11 dan 12, anak-anak ini tidak lebih baik dari anak-anak yang memulai membaca secara informal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa memulai pendidikan formal di usia terlalu dini, menimbulkan kerusakan (damage) lebih besar bagi anak-anak lelaki daripada anak perempuan. Anak lelaki biasanya aktif dan asertif, tetapi dalam pendidikan formal, mereka akan dipaksa untuk pasif, bukan aktif. (Maksudnya pasif adalah kemampuan duduk dengan tenang untuk mendengarkan dan menerima perintah). Di banyak budaya, anak-anak perempuan bisa diajarkan untuk pasif lebih awal, tetapi tidak dengan anak laki-laki.” (BBC, 22 November 2007)

Dr. Bethan Marshall, senior lecturer di King’s College London juga menyatakan bahwa anak tidak mendapatkan keuntungan tambahan dari membaca terlalu dini (Independent, 6 Desember 2007). Tahun 2013, David Whitebread, senior lecturer dalam psikologi pendidikan di Universitas Cambridge, menyatakan hal yang senada dengan Prof. Lilian Katz dan Dr. Bethan Marshall.

Seorang dosen dan psikolog, Indah Y Suhanti, memaparkan bahwa dampak yang nantinya dialami oleh anak adalah rasa bosan untuk belajar. Ketika seorang anak semestinya masih bermain, kemudian dia diminta untuk belajar, dikhawatirkan anak tersebut berpikiran bahwa belajar itu adalah kegiatan yang membosankan dan tidak menyenangkan layaknya saat mereka bermain. Hal tersebut nantinya dapat menyebabkan motivasi belajarnya menurun. Memang ada beberapa anak mungkin tidak merasakan demikian tapi mayoritas anak akan mengalami kebosanan karena sudah dipaksa untuk belajar, untuk menulis. Tidak selamanya memori yang diberikan pada anak dapat diingat dengan baik karena kebanyakan kasus anak malah lupa hal tersebut.

Dari berbagai sumber diatas bisa disimpulkan bahwa proses belajar anak harus disesuaikan dengan masa tumbuh kembang anak. Karena setiap perkembangan umur anak akan membutuhkan kecerdasan-kecerdasan baru dalam fase tumbuh kembangnya, baik itu kecerdasan motorik, bahasa, afektif (karakter/adab dan akhlaq) dan kognitif.

Pendidikan apa yang penting dalam Islam?

Setelah kita memahami fase pendidikan anak disesuaikan dengan tumbuh kembang anak, selanjutnya adalah bagaimana Islam memberikan perhatian dalam pendidikan untuk anak? Islam sangat menekankan pendidikan kepada anak. Pendidikan yang utama dalam Islam adalah kognisi dalam hal pemahaman akidah dan tauhid serta afeksi dalam bersosialisasi (karakter/adab dan akhlak).

Ajarkan tauhid dan akidah (jangan menyekutukan Allah). Ajarkan untuk mengenal Allah Azza wa Jalla serta di mana Allah. Sebutkan alasan kenapa tidak boleh berbuat syirik dan kenapa harus mengesakan Allah. Dalam prosesnya ajarkan anak untuk berpikir (bukan taklid).

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Ketika disebutkan ayat ini, para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata,

أينا لم يَلْبس إيمانه بظلم؟

“(Wahai Rasul), siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan?”

Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إنه ليس بذاك، ألا (3) تسمع إلى قول لقمان: { يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }

Itu bukanlah kezaliman seperti yang kalian sangkakan. Tidakkah kalian pernah mendengar nasihat Luqman kepada anaknya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (HR. Bukhari No. 3360)

Berbakti kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya. Berbakti kepada ayah wajib namun berbakti kepada ibu 3 (tiga) kali lebih wajib. Ajarkan anak untuk taat kepada kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan syariat. Jika kedua orang tua melanggar syariat, maksiat itu tidak boleh dipatuhi, tetapi kedua orang tua tetap dipergauli dengan baik dan santun.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّـهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisaa : 36)

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua meskipun dia kafir, yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam. (Tafsir Al-Qurthubi XIV: 65)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, janganlah engkau terima. Namun, hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik).” (Tafsir AlQur’an Al-‘Azhim, 11: 54)

Ajak anak untuk bersilaturahmi kepada keluarga dekat kedua orang tuanya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahmi dengan ayahnya yang sudah wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Lihat penjelasannya dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, No.1342)

Ajarkan anak untuk sering memberi hadiah kepada teman-teman dan saudaranya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan agar memberi dan menerima hadiah. Beliau menjelaskan pengaruh hadiah di dalam meraih kecintaan dan kasih sayang di antara sesama manusia, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari, Al-Adab Al-Mufrid)

Beliau juga bersabda, “Penuhilah undangan orang yang mengundang, janganlah menolak hadiah.” (HR. Ahmad dan Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrid) Mengenai hadits ini, Ibn Hibbân mengomentari, “Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengecam tindakan menolak hadiah di kalangan sesama muslim. Bila seseorang diberi sebuah hadiah, wajib baginya untuk menerimanya dan tidak menolaknya. Saya menganjurkan orang-orang untuk saling mengirim hadiah kepada sesama saudara. Sebab hadiah dapat melahirkan kecintaan dan menghilangkan rasa dendam.”

Ditanamkan pemahaman dan keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla selalu bersamanya, selalu mengawasinya dan selalu melihatnya. Dengan demikian, anak itu akan selalu merasa sadar bahwa semuanya selalu dalam pengawasan dan timbul kesadaran dalam diri anak bahwa kita shalat bukan karena adanya guru atau orang tua di sampingnya namun karena sadar bahwa Allah Azza wa Jalla selalu melihatnya.

Ajarkan untuk tegakkan sholat. Jangan hanya tegas untuk bangunkan anak untuk bangun sekolah saja.

Allah berfirman:
“وأمر أهلك بالصلاة واصطبر عليها”

“Dan perintahkanlah anakmu untuk shalat dan untuk bersabar di atasnya.

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
.”مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع”

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan)

Ajarkan anak untuk amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang baik.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Lukman: 17).

Ajarkan anak untuk selalu bersyukur dan bersabar atas setiap situasi dan kondisi.

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإنصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” HSR Muslim (no. 2999)

Allah berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31)

Ajarkan untuk bersikap tawadhu atau tidak sombong

Allah Ta’ala berfirman,

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19).

Penutup

Pendidikan itu harus dapat menemukan potensi dan bakat anak serta dapat menumbuhkan atau mengembangkan bakat anak. Jangan paksa pohon pisang berbuah anggur atau sebaliknya, biarkan pohon pohon pisang berbuah pisang dan pohon anggur berbuah anggur. Dan anak yang hanya terdidik disekolah adalah anak yang belum terdidik. Oleh sebap itu, pendidikan antara sekolah dan rumah harus sinergis. Sehingga anak mendapatkan pola didik dan ilmu yang sinergis.

Oleh: Hamdhan Siregar, ST, MM

Similar Posts

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *