Apa Sih Metaverse Itu?
Selama ini anda hanya bisa posting teks, gambar dan video di internet dan berinteraksi dengan orang lain di internet melalui tiga jenis media tersebut. Coba bayangkan jika anda berinteraksi dengan orang lain di internet dengan interaksi yang mirip seperti di dunia nyata. Anda bisa datang ke rumah tetangga dan mengucapkan salam kepadanya. Anda pergi ke warung sebelah dan membeli beberapa kebutuhan. Anda juga berangkat ke kantor dan bertemu rekan-rekan kerja anda. Dan semua itu terjadi di dunia internet. Itulah yang di tawarkan oleh metaverse.
Wikipedia mendefinisikan bahwa metaverse adalah bagian internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata dalam dunia internet tahap kedua. Benar, metaverse akan membuat terobosan baru dan membawa internet ke tahap selanjutnya, sehingga internet seolah-olah menjadi dunia yang baru bagi manusia.
Bagaimana mungkin?
Melihat hampir semua aktivitas manusia di zaman ini terhubung dengan internet, maka metaverse bukan hal yang tidak mungkin. Ketergantungan manusia terhadap gadget dan internet juga semakin mendukung terealisasinya metaverse.
Agar interaksi di metaverse lebih mendekati realita, tentu metaverse butuh dukungan perangkat keras seperti kacamata Virtual Reality (VR), sarung tangan berteknologi haptic, perangkat audio, dan perangkat lainnya untuk menciptakan pengalaman realistis seperti berada di dunia nyata.
Saking dibuat mirip dengan dunia nyata, bahkan di metaverse juga dibuka peluang bisnis properti yang memungkinkan pengguna untuk menjual dan membeli lahan virtual di metaverse. Merek-merek terkenal dunia seperti Gucci, Nike dan Louis Vuitton pun telah membuka lapaknya di metaverse.
Metode pembayaran di metaverse telah diintegrasikan dengan aset kripto. Saat ini, sudah ada beberapa cryptocurrency yang sudah terhubung dengan metaverse seperti Decentraland (MANA) dan Sandbox (SAND). Sifat cryptocurrency yang decentralized dan tidak dikuasai oleh satupun otoritas, menjadi nilai tambah untuk diterapkan pada metaverse.
Untuk mewujudkan metaverse tentu tidak mudah. Menurut Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, butuh 10 hingga 15 tahun dalam membangunnya. Facebook atau Meta memang digadang-gadang sebagai vendor pertama yang akan menghadirkan metaverse di internet. Walaupun bisa jadi ada banyak perusahaan lain yang juga berlomba untuk mengerjakannya.
Tentu dalam hal ini akan membutuh peran dari berbagai perusahaan. Sejauh ini, metaverse sendiri konon sudah mulai diterapkan oleh Facebook untuk keperluan bekerja dan komunikasi. Salah satunya adanya ruang kantor berbasis VR bernama Horizon Workrooms. Ruang kantor berbasis virtual ini menyediakan ruang pertemuan virtual yang dapat digunakan sebagai sarana tatap muka secara daring. Aplikasi tersebut dioperasikan lewat headset VR OCulus Quest 2 buatan Facebook. Cara kerjanya, partisipan yang berada di ruang rapat virtual akan diilustrasikan dengan avatar 3D.
Mirip seperti main game?
Metaverse mirip seperti online game. Ya, kurang lebih demikian, hanya saja lebih nyata dan berkesinambungan. Di dalam novel Ready Player One, karya Ernest Cline, yang sudah dibuat dalam versi film juga, di sana digambarkan bahwa masyarakat dunia pada tahun 2045 akan memiliki dua kehidupan. Kehidupan nyata dan kehidupan di dalam game. Digambarkan juga bahwa dunia dicengkeram oleh krisis energi dan pemanasan global, yang menyebabkan masalah sosial dan kestabilan ekonomi. Sehingga pelarian utama bagi kebanyakan orang adalah metaverse yang disebut dengan OASIS.
Apakah sudah ada sekarang?
Konsep metaverse sebenarnya sudah ada sejak lama dan sudah diterapkan. Mudahnya, online games seperti SimCity, Roblox, Minecraft, menawarkan pengalaman seperti menjalani kehidupan sehari-hari bagi penggunanya.
Bahkan sejak 2003, diluncurkan sebuah platform multimedia bernama Second Life, yang menawarkan pengguna untuk memiliki sebuah avatar di dunia daring dan melakukan berbagai aktivitas disana.
Hanya saja Second Life belum banyak diminati karena masih memiliki banyak masalah seperti: sulit digunakan, glitchy (sering terjadi error) dan sedikitnya pengguna sehingga tidak bisa banyak berinteraksi sosial di sana.
Namun setidaknya ini semua menunjukkan perkembangan metaverse memiliki kemajuan dan hampir menjadi kenyataan.
Lalu apakah efek negatif dan positif dari adanya metaverse? Nampaknya ini memerlukan pembahasan tersendiri dari segi ilmu sosial, psikologi dan agama. Wallahu a’lam.
Yulian Purnama
Software Engineer di Rendact.com, alumni S1 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada. Alumni dan pengajar Ma’had Al Ilmi Yogyakarta.