Berapa Usia Nabi Nuh ‘alaihissalam?

Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ* فَأَنجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun (950 tahun). Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia” (QS. Al Ankabut: 14-15).

Dalam ayat ini hanya disebutkan bahwa Nabi Nuh tinggal di antara kaumnya selama 950 tahun. Namun para ahli tafsir (mufassirin)  berbeda pendapat apakah 950 tahun itu total umur Nabi Nuh ataukah lamanya beliau berdakwah?

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Ibnu Katsir membawakan 6 pendapat:

1. Pendapat Qatadah, umur Nabi Nuh 950 tahun.

2. Pendapat Ibnu ‘Abbas, umur Nabi Nuh 1050 tahun.

3. Pendapat Ka’ab Al Ahbar, umur Nabi Nuh 1020 tahun.

4. Pendapat Wahb bin Munabbih, umur Nabi Nuh 1400 tahun.

5. Pendapat ‘Aun bin Abi Syaddad, umur Nabi Nuh 1650 tahun

6. Pendapat Ikrimah dan ‘Abd bin Humaid, umur Nabi Nuh 1700 tahun.

Kemudian setelah membawakan pendapat-pendapat ini, Ibnu Katsir berkata:

وقول ابن عباس أقرب

“Pendapat Ibnu Abbas (yaitu 1050 tahun), lebih kuat” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/268).

Umat Nabi Nuh juga berumur panjang

Selain Nabi Nuh ‘alaihissalam yang berusia ribuan tahun, manusia di zaman beliau juga demikian. Karena Allah mengutus para Nabi dari kalangan umat manusia ketika itu, sehingga mereka punya sifat-sifat fisik yang sama. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ

“Katakanlah (wahai Muhammad) : Aku adalah manusia biasa yang semisal dengan kalian, namun aku diberi wahyu” (QS. Al Kahfi: 110).

Ini menunjukkan bahwa umatnya para Nabi memiliki sifat fisik yang semisal dengan Nabi mereka. Al Munawi rahimahullah menjelaskan tentang umat terdahulu,

فإن القرون السالفة كانت أعمارهم وأبدانهم وأرزاقهم أضعاف ذلك كان أحدهم يعمر ألف سنة وطوله ثمانون ذراعا وأكثر وأقل وحبة القمح ككلوة البقرة والرمانة يحملها عشرة فكانوا يتناولون الدنيا بمثل تلك الأجساد وفي تلك الأعمار فبطروا واستكبروا وأعرضوا عن الله {فصب عليهم ربك سوط عذاب} فلم يزل الخلق ينقصون خلقا ورزقا وأجلا إلى أن صارت هذه الأمة آخر الأمم

“Adapun generasi manusia terdahulu memiliki umur, kekuatan fisik, dan ukuran makanan yang berlipat ganda dari umat manusia sekarang. Sebagian umat terdahulu berusia 1000 tahun. Tinggi badan mereka mencapai 80 hasta bahkan lebih dari itu atau kurang sedikit. Ukuran satu butir gandum ketika itu sama dengan ukuran ginjal sapi. Satu buah delima harus dibawa oleh sepuluh orang zaman sekarang. Mereka menikmati dunia dengan fisik seperti itu. Dengan keadaan demikian, lama-kelamaan mereka menjadi angkuh dan sombong serta berpaling dari Allah. Allah ta’ala pun berfirman (yang artinya), “Karena itulah, Rabb-mu menimpakan cambuk azab kepada mereka” (QS. Al-Fajr: 13). Sejak zaman itu, fisik makanan, serta umur umat manusia terus berangsur menurun hingga umat ini sebagai umat manusia akhir zaman” (Faidhul Qadir, 2/11).

Apa renungan yang bisa kita petik?

Di antara pelajaran yang bisa kita ambil dari sini adalah bahwa kita hidup di dunia ini hanya sebentar sekali. Jika di bandingkan dengan umat-umat terdahulu yang hidupnya ratusan atau ribuan tahun. Sedangkan umur umat ini umumnya hanya 60 – 70 tahun saja.

Maka jika Anda rela mengorbankan agama demi dan melakukan yang haram demi mendapatkan kenikmatan dunia, ketahuilah itu hanya akan dinikmati sebentar saja dan pasti akan sirna. Setelahnya, Anda akan menanggung akibatnya di akhirat yang kekal. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal” (QS. al-Mu’min: 39)

Allah ta’ala juga berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Bahkan kalian mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. al-A’la: 16-17)

Demikian juga, andaikan kita diuji dengan kesulitan dan kemiskinan, betapa pun beratnya itu, sabarlah! Sejatinya hidup di dunia ini hanya sebentar. Allah ta’ala berfirman:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui” (QS. al-Mu’minun: 112-114).

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Yulian Purnama

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *