PERANG TERHADAP PLAGIARISME SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN TERHADAP PROGRAM REVOLUSI MENTAL PEMERINTAH: Plagiarisme Dalam Disertasi Doktoral Dr Abdul Azis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Bagian 3)
Catatan Terhadap Disertasi Doktor UIN Abdul Aziz (Bagian 3)
Alasan Pemilihan Tema
Abdul Aziz mengatakan pada halaman 3 disertasinya,
“Alasan penulis memilih tema milk al-yamīn Muḥammad Syaḥrūr sebagai fokus kajian disertasi ini adalah didasarkan pada pertimbangan bahwa Syaḥrūr merupakan satu-satunya pembaharu di era kotemporer yang dengan konsep milk al-yamīn-nya dapat melahirkan “fiqh seksual” yang khas yang belum pernah ada sebelumnya”.
Dalam merumuskan alasan penulisan ini, penulis seharusnya membawakan rujukan secara objektif bahwa tokoh yang dipilih betul-betul tokoh otoritatif yang “merupakan satu-satunya pembaharu di era kontemporer dengan konsep milk al-yamīn”. Sayangnya, rujukannya hanya website tulisan artikel pendek yang ditulis orang yang tidak otoritatif dalam dunia ilmiah. Beliau menyebut rujukannya adalah Oliver Ruebenacker, penulis artikel tentang sex slavery:
http://www.averroes-foundation.org/articles/sex_slavery_addendum.html, diakses 20 Agustus 2010
Web ini sudah tidak aktif, tapi saya berhasil melihat arsipnya disini:
http://oldweb.today/nsmac4.8/20100101000000/http://www.averroes-foundation.org/articles/sex_slavery_addendum.html
Tentu ini bukan web kalangan ilmiah, bahkan latar belakang pendidikan Oliver Ruebenacker sendiri adalah PhD di bidang fisika.
Abdul Aziz mengatakan pada halaman 12 dalam naskah disertasinya,
“Memperhatikan permasalahan tersebut, peneliti berpendapat bahwa konsep milk al-yamīn Muḥammad Syaḥrūr layak untuk dikaji secara seksama”.
Untuk sekelas disertasi, pemilihan tokoh untuk dijadikan bahan penelitian tidak sembarangan. Harus bisa dibuktikan bahwa tokoh tersebut punya otoritas dan kapasitas ilmiah dalam bidang tersebut. Sayangnya ini gagal dibawakan oleh penulis. Tokoh yang dimaksud ternyata tidak dikenal dikalangan ilmuwan bahwa dia punya karya ilmiah di bidang fikih, tafsir, sejarah, dan lain-lain. Kualifikasi pendidikannya pun tidak memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sebagai landasan keilmuan di bidang ini, dimana tokoh ini bukanlah sarjana bidang kajian agama / teologi, tidak pula sosial. Bahkan dia hanya memiliki latar belakang teknik/rekayasa.
**
Disusun oleh: tim KIPMI.
One Comment