Islam Mengajarkan Optimisme
Islam agama yang sempurna, mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki sifat optimis dan mencela sifat pesimis terhadap masa depan. Seorang Muslim selalu memandang ke depan dengan pandangan yang penuh cita-cita tinggi dan harapan yang besar, disertai keyakinan yang kuat kepada Allah bahwa Allah akan memudahkan untuk meraihnya.
Tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah
Pesimis terhadap masa depan adalah bentuk suuzhan (prasangka buruk) kepada Allah. Orang yang pesimis dengan beranggapan bahwa di masa depan ia tidak akan bisa menjadi sukses, sama saja ia berprasangka kepada Allah bahwa Allah akan menakdirkan kesusahan untuknya dan kegagalan. Ini suuzhan kepada Allah.
Jika suuzhan kepada manusia saja tercela, maka lebih lagi suuzhan kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:
يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
“Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata: “apakah ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, katakanlah: “sungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah.” (QS. Ali Imran: 154).
Allah ta’ala juga berfirman:
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran (keburukan) yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Fath: 6).
Dua ayat di atas menunjukkan bahwa suuzhan kepada Allah adalah sifatnya orang munafik dan musyrik. Dan sudah semestinya kita tidak mencontoh mereka.
Orang yang berprasangka buruk kepada Allah, bisa jadi justru Allah akan berikan keburukan kepadanya. Namun orang yang optimis dan berprasangka baik kepada Allah, Allah akan berikan kebaikan kepadanya. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu secara marfu’,
قالَ اللهُ تعالى : عبدي أنا عندَ ظنِّكَ بي، و أنا معكَ إذا ذكرتَني
“Allah Ta’ala berfirman: wahai hamba-Ku, Aku sesuai persangkaanmu kepada-Ku, dan Aku bersamamu jika engkau ingat kepada-Ku” (HR. Al Hakim no. 1828, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah no. 2012).
An Nawawi rahimahullah menjelaskan hadis ini:
قَالَ الْقَاضِي قِيلَ مَعْنَاهُ بِالْغُفْرَانِ لَهُ إِذَا اسْتَغْفَرَ وَالْقَبُولِ إِذَا تَابَ وَالْإِجَابَةِ إِذَا دَعَا وَالْكِفَايَةِ إِذَا طَلَبَ الْكِفَايَةَ
“Al Qadhi mengatakan: maknanya Allah akan memberikan ampunan jika hamba beristigfar, dan Allah akan terima tobat jika hamba bertobat, dan Allah akan kabulkan doa jika ia berdoa, dan Allah akan berikan kecukupan jika ia meminta kecukupan” (Syarh Shahih Muslim, 17/2).
Ibnu Hajar rahimahullah juga menjelaskan:
أَيْ قَادِرٌ عَلَى أَنْ أَعْمَلَ بِهِ مَا ظَنَّ أَنِّي عَامِلٌ بِهِ
“Maksudnya Allah mampu untuk mewujudkan sesuai apa yang disangka oleh hamba tentang Allah” (Fathul Bari, 13/385).
Islam mengajarkan optimisme
Allah ta’ala berfirman:
مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah: 214).
Dalam ayat ini, ketika timbul pesimisme dengan perkataan “kapankah datang pertolongan Allah?” maka Allah ingatkan kita untuk jangan pesimis dan menegaskan bahwa pertolongan Allah itu dekat.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ
“Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah, dan al fa’lu (optimisme) membuatku kagum” (HR. Bukhari – Muslim).
Syaikh Muhammad Ali Farkus menjelaskan: “[al fa’lu membuatku kagum] karena al fa’lu adalah mengangan-angankan kebaikan. Dan mengangan-angankan kebaikan itu dianjurkan. Karena tathayyur itu merupakan bentuk prasangka buruk kepada Allah, sedangkan al fa’lu adalah prasangka baik kepada Allah”.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ادعوا اللَّهَ وأنتُم موقِنونَ بالإجابَةِ، واعلَموا أنَّ اللَّهَ لا يستجيبُ دعاءً من قلبٍ غافلٍ لاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan doamu akan dikabulkan. Ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lemah” (HR. At Tirmidzi no.3479, dihasankan oleh Al Albani).
Hadits ini juga mengajarkan optimisme dalam berdoa.
Kalau itu bermanfaat lanjutkanlah!
Kesimpulannya, jadilah pribadi yang optimis. Jika Anda ragu untuk melangkah, bertanyalah kepada diri Anda apakah langkah yang akan lakukan ini adalah hal yang bermanfaat untuk dunia akhirat ataukah tidak? Jika jawabannya “ya” maka optimislah untuk melangkah ke depan. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ، وإنْ أَصَابَكَ شيءٌ، فلا تَقُلْ لو أَنِّي فَعَلْتُ كانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَما شَاءَ فَعَلَ، فإنَّ لو
تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Semangatlah pada perkara yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam perkara tersebut), dan jangan malas. Jika engkau tertimpa musibah, maka jangan ucapkan: andaikan saya melalukan ini dan itu. Namun ucapkan: “qadarullah wa maa-syaa-a fa’ala (ini takdir Allah, apa yang Allah inginkan itu pasti terjadi)”. Karena ucapkan “andaikan…” itu akan membuka pintu setan” (HR. Muslim no. 2664).
Namun jika sekiranya kurang bermanfaat atau bahkan bermudarat, silakan mundur teratur.
Wallahu a’lam.
Yulian Purnama
Software Engineer di Rendact.com, alumni S1 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada. Alumni dan pengajar Ma’had Al Ilmi Yogyakarta.