Pengembangan Skill Di Dunia Kerja
PENGEMBANGAN SKILL DI DUNIA KERJA
Bagian 1
Hikmah Luar Biasa Saat Mengikuti KKN Mahasiswa UGM
Tulisan ini adalah tulisan perdana dari serial tips-tips mengembangkan keahlian (skill) teknis dan non teknis yang diperlukan untuk menjadi pekerja professional. Tulisan ini didasari pada pengalaman nyata penulis yang bekerja sebagai engineer di perusahaan minyak di Indonesia sejak tahun 1991, dan kemudian di perusahaan minyak luar negeri seperti Norwegia, Perancis, Yaman, Angola dan Myanmar sejak tahun 2007. Selamat menikmati, semoga bermanfaat.
Ketika terdaftar untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata Universitas Gajah Mada (KKN UGM) di akhir tahun 80-an, saya telah bertekad sejak awal untuk memberikan manfaat terbaik buat warga desa yang akan saya tempati selama tiga bulan. Saya juga bertekad akan berada di desa selama tiga bulan penuh tanpa pulang ke Yogyakarta atau Kebumen. Saya telah membeli buku-buku khotbah dan ceramah bahasa Jawa, juga mencari-cari info tentang kondisi desa di Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati tersebut. Sayangnya saya lupa nama desanya. Dari obrolan dengan dosen pembimbing, diperoleh informasi bahwa desa tersebut terisolasi karena jembatan penghubung utama hanya bisa dilewati oleh sepeda motor. Ada dana tersedia untuk membangun jembatan tersebut, tetapi disyaratkan pembangunan dilakukan dengan tenaga swadaya masyarakat. Pemerintah daerah kabupaten hanya menyediakan dana untuk material. Kebetulan di grup KKN kami, ada mahasiswa Teknik Sipil yang sekaligus juga sebagai pemborong. Beliau sudah sangat senior, bahkan punya anak perempuan yang sudah SMA. Sehingga dari awal kami merasa mantap untuk mengambil proyek ini sebagai hadiah buat masyarakat desa.
Setelah berhasil mengurus pencairan dana dan pembelian material, saya memberikan pengumuman ke warga desa supaya berkumpul semuanya untuk bergotong royong membangun jembatan. Pada hari ketika seluruh warga desa berkumpul, teman saya mahasiswa Teknik Sipil yang ahli jembatan ternyata tidak muncul. Beliau memang sangat jarang berada di desa karena terlalu sibuk mengurus bisnisnya di Yogyakarta. Akhirnya rencana gotong royong masyarakat desa dibubarkan dengan penuh kekecewaan.
Setelah kejadian itu, saya bertekad untuk mempelajari teknis pembuatan jembatan secara detail, dan memimpin sendiri pembuatan jembatan tersebut walaupun saya merupakan mahasiswa Teknik Listrik. Saya mendatangi mahasiswa Teknik Sipil yang KKN di desa lain untuk belajar seluk-beluk membuat jembatan secara detail. Setelah merasa cukup menguasai ilmunya, saya memimpin sendiri pembuatan jembatan beton yang mampu dilewati mobil tersebut. Dan masyaallah, setelah melewati liku-liku dan dilakukan pengecekan akhir oleh teman yang telah berpengalaman, jembatan tersebut akhirnya berhasil dibangun. Untuk membuktikan kualitas jembatan tersebut, pada saat peresmian saya dan Pak Lurah berdiri di bawah jembatan tersebut ketika mobil hardtop Pak Camat lewat di atas jembatan. Saya masih ingat, sekitar satu atau dua tahun setelah selesai KKN atas rekomendasi pak Camat, saya menerima surat dari Bupati Pati yang meminta saya kembali ke salah satu desa di daerah Gembong untuk memimpin warga desa membangun jembatan lain. Sayangnya saya tidak bisa memenuhi permintaan tersebut, karena harus melanjutkan tes akhir untuk memulai bekerja di Jakarta.
Kejadian yang kelihatannya sederhana, tapi punya efek jangka panjang luar biasa bagi saya di dunia kerja. Qodarullah, melalui kejadian tersebut Allah mengajarkan saya tentang komitmen untuk memberi manfaat bagi orang lain, keberanian mengambil risiko, terus melangkah mencari solusi ketika menemui hambatan, dan salah satunya adalah skill untuk belajar hal baru secara cepat.
Saya akan melanjutkan cerita dua kasus ketika saya bekerja di PT. Badak Bontang, yang merupakan dampak manfaat dari pengalaman saya waktu KKN tersebut. Ketika saya baru sekitar dua pekan di Bontang, saya mendapat panggilan untuk memperbaiki peralatan di pabrik malam-malam. Alat tersebut sama sekali baru buat saya, dan saya belum menguasainya sama sekali. Saya datang ke pabrik, menemui operator untuk menanyakan permasalahannya, kemudian saya kembali ke kantor untuk mencari spare parts dan lain-lainnya. Ketika di kantor, saya membaca semua buku manual dari awal, mencobanya di peralatan simulator, mencari spare parts, sampai menjelang subuh akhirnya berhasil menyelesaikan masalah di pabrik tersebut. Alhamdulillah dengan skill belajar hal baru dengan cepat dan berani langsung mengaplikasikannya, yang qodarullah telah dilatih sejak KKN, saya bisa keluar dari situasi sulit tersebut.
Cerita yang kedua, saya melihat teknisi yang sering harus tidur di kantor dan bahkan terkadang tidak bisa ikut salat Idul Fitri karena mengurus alat kontrol Nitrogen Plant yang masih menggunakan timer dan relay yang sudah sangat tua. Dengan niat untuk menolong, saya beli PLC (Programmable Logic Control) kecil untuk menggantikan alat kontrol yang sudah tua tersebut. Supaya lebih cepat dan murah, pekerjaan pembuatan software yang biasanya dilakukan oleh vendor saya kerjakan sendiri. Qodarullah peralatan PLC tersebut datangnya sangat berdekatan dengan waktu shutdown-nya Nitrogen Plant. Padahal pekerjaan ini hanya bisa dilakukan saat Nitrogen Plant berhenti bekerja. Sehingga saya tidak punya banyak waktu untuk menyiapkannya dengan baik. Tapi saya bilang, the show must go on, it is the point of no return. Saat itu bulan puasa, ketika waktu shutdown Nitrogen Plant sudah hampir selesai softwarenya masih belum bisa berfungsi dengan sempurna. Saya bawa PLC tersebut untuk dikerjakan di rumah. Tiap malam saya lembur untuk mengerjakan software PLC tersebut dengan diselingi salat tarawih dan salat malam. Suatu hari sambil salat malam, saya tergoda setan. Bukannya salat dengan khusyuk, malah terus terpikirkan kenapa softwarenya tidak bisa jalan. Solusinya saya temukan justru ketika salat. Tapi tolong jangan dicontoh, karena ini sebenarnya musibah. Selesai salam, sekitar jam 2 malam saya langsung ke pabrik dan menuntaskan software tersebut dan alat kontrol dapat berjalan dengan baik. Akhirnya, software tersebut saya beri nama Alhamdulillah.
Demikian kisah pendek dari saya, semoga bisa diambil hikmahnya.
Tunggu cerita cerita yg lebih menarik berikutnya, insyaallah.
Penulis :
Aslam Salimudin merupakan alumni S1 di Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan melanjutkan kuliah Magister Teknik di Jurusan Teknik Industri Institut Technology Bandung. Awal bekerja bergabung di Astra mengikuti program Astra Basic Training Program. Kemudian mengikuti program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik Pertamina (BPST 14) di Palembang selama 9 bulan. Selanjutnya ditugaskan di PT. Arun, Aceh selama 3 tahun, kemudian dipindah tugaskan ke PT. Badak Bontang selama 13 tahun. Pada tahun 2007, pindah tugas ke Hammerfest LNG di Norway untuk membantu startup proyek LNG pertama di Eropa. Kemudian pada tahun 2008, pindah bekerja di Total Gestion International di Geneva, Swis, yg merupakan bagian dari perusahaan Total Energy Perancis hingga saat ini. Selama di bekerja di Total, telah berpindah pindah tugas di Perancis, Yaman, Angola dan Myanmar.
Menempuh pendidikan S1 Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Melanjutkan pendidikan di program Magister Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung. Awal bekerja, bergabung di Astra Motor mengikuti program Astra Basic Training Program. Kemudian mengikuti program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik Pertamina (BPST 14) di Palembang selama 9 bulan. Selanjutnya ditugaskan di PT. Arun, Aceh selama 3 tahun, kemudian dipindah tugaskan ke PT. Badak Bontang selama 13 tahun. Pada tahun 2007, pindah tugas ke Hammerfest LNG di Norway untuk membantu startup proyek LNG pertama di Eropa. Kemudian pada tahun 2008, pindah bekerja di Total Gestion International di Geneva, Swiss, yang merupakan bagian dari perusahaan Total Energy Perancis hingga saat ini. Selama di bekerja di Total, telah berpindah pindah tugas di Perancis, Yaman, Angola dan Myanmar.